KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Pelatihan Keorganisasian dan Public Speaking

Sekolah Perempuan yang disingkat Skoper Desa tempel, baru saja menyelenggarakan pelatihan keorganisasian dan public speaking yang diikuti oleh warga-warga desa Tempel dari berbagai kalangan. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan dan komunikasi, yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan profesional.

Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan. Warga diajarkan tentang pentingnya peran pemimpin dalam organisasi dan cara menjadi pemimpin yang inspiratif dan efektif. Meningkatkan Kemampuan Public Speaking, peserta dilatih untuk berbicara di depan umum dengan percaya diri, serta cara menyampaikan pesan secara jelas dan menarik perhatian audiens.

Pelatihan mencakup beberapa materi penting, antara lain, warga memperoleh pemahaman tentang struktur organisasi, pembagian tugas, dan pentingnya kerja sama dalam tim melalui diskusi interaktif. Peserta mendapatkan pelatihan tentang teknik berbicara yang efektif, penggunaan bahasa tubuh, dan cara mengatasi rasa gugup, yang dipandu oleh narasumber berpengalaman. warga berlatih melakukan presentasi di depan teman-teman mereka, memberikan pengalaman langsung serta umpan balik konstruktif dari instruktur.

Dengan pelatihan ini, Skoper Desa Tempel berharap dapat menciptakan generasi pemimpin muda yang percaya diri dan komunikatif. Keterampilan ini diharapkan akan bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari warga.

Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab dan pembagian sertifikat bagi peserta. Dengan semangat kolaborasi dan pertukaran pengetahuan, diharapkan warga dapat terus mengembangkan keterampilan mereka dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Relawan konselor, mediator, pengasuhan

Kegiatan relawan yang berperan sebagai konselor, mediator, dan pengasuh semakin mendapatkan perhatian luas di masyarakat. Para relawan ini hadir sebagai garda depan dalam membantu individu dan keluarga menghadapi berbagai tantangan emosional, konflik, hingga masalah pengasuhan anak di tengah kompleksitas kehidupan modern.

Relawan konselor berperan dalam memberikan dukungan psikologis kepada masyarakat yang mengalami gangguan emosional atau tekanan mental. Mereka menawarkan ruang aman bagi orang-orang yang membutuhkan teman bicara dan solusi atas permasalahan psikologis. Sementara itu, mediator relawan membantu menyelesaikan konflik antarindividu atau komunitas melalui pendekatan non-konfrontatif, menghindari potensi masalah berkembang menjadi lebih besar.

Adapun relawan di bidang pengasuhan hadir untuk mendampingi orang tua dalam memberikan pola asuh yang tepat bagi anak-anak. Mereka memberikan edukasi dan konsultasi terkait metode pengasuhan yang positif dan konstruktif, agar tercipta lingkungan yang sehat bagi tumbuh kembang anak.

Pemateri, Renny Nirwana Sari, M.Pd, menyatakan bahwa para relawan telah melalui serangkaian pelatihan intensif agar siap terjun ke lapangan. “Kami memastikan bahwa relawan memiliki kompetensi dalam bidang konseling, mediasi, dan pengasuhan. Selain itu, mereka juga dibekali keterampilan komunikasi efektif serta pemahaman empatik terhadap masyarakat yang dilayani,” ujarnya.

Berbagai lembaga sosial dan pemerintah turut mendukung program ini dengan menjalin kerja sama. Relawan akan ditempatkan di pusat-pusat layanan masyarakat seperti puskesmas, sekolah, dan lembaga non-profit agar bisa menjangkau lebih banyak kalangan.

Program ini mendapatkan respons positif dari berbagai pihak. “Adanya relawan konselor dan mediator sangat membantu mengatasi konflik di lingkungan kami. Selain itu, program pengasuhan juga membuat para orang tua lebih memahami pentingnya mendidik anak dengan cinta dan kesabaran,” ungkap Siti Fatimah, seorang warga Desa Tempel yang telah menerima layanan tersebut.

Dengan adanya relawan konselor, mediator, dan pengasuhan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan akses terhadap layanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial. Ini juga menjadi salah satu upaya konkret dalam membangun komunitas yang lebih harmonis dan inklusif.

Advokasi kebijakan, negosiasi lobby

Advokasi kebijakan, negosiasi, dan lobi semakin memainkan peran strategis dalam memperjuangkan kepentingan publik dan mendorong perubahan sosial. Berbagai kelompok masyarakat sipil, organisasi non-pemerintah, dan komunitas profesional kini aktif terlibat dalam kegiatan ini untuk memastikan suara masyarakat dapat terdengar dalam proses pengambilan kebijakan di tingkat lokal maupun nasional.

Advokasi kebijakan bertujuan untuk mempengaruhi pembuat keputusan agar mengeluarkan regulasi atau kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Salah satu contoh terbaru adalah desakan organisasi lingkungan terhadap pemerintah untuk memperketat kebijakan terkait emisi karbon. Selain itu, advokasi di bidang pendidikan dan kesehatan juga terus dilakukan untuk memastikan akses layanan publik yang lebih merata dan berkualitas.

Negosiasi dan lobi menjadi komponen penting dalam proses advokasi. Melalui negosiasi, berbagai pihak duduk bersama untuk menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak, sementara kegiatan lobi bertujuan mendekati pengambil kebijakan secara langsung guna memperoleh dukungan politis bagi program atau kebijakan tertentu.

Kordinator Kegiatan, Shofiyyah Ismi Labibah, mengungkapkan bahwa kesuksesan dalam advokasi dan lobi memerlukan persiapan matang dan data yang kuat. “Kami harus melakukan analisis mendalam dan mengumpulkan bukti-bukti lapangan agar argumen kami dapat diterima dengan baik oleh pembuat kebijakan,” jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan akademisi, media, serta lembaga swadaya masyarakat untuk memperkuat gerakan.

Selain itu, negosiasi yang baik memerlukan keterampilan komunikasi dan pemahaman tentang kepentingan setiap pihak. “Kami tidak hanya berusaha memperjuangkan kepentingan kami, tetapi juga mencari titik temu agar semua pihak bisa mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan,” tambah Shofiy.

Meski membawa manfaat besar, proses advokasi, lobi, dan negosiasi sering menghadapi tantangan, seperti resistensi dari pihak-pihak yang tidak ingin status quo berubah. Namun, berbagai keberhasilan juga telah tercapai. Salah satunya adalah keberhasilan aliansi pekerja dan pengusaha dalam negosiasi kenaikan upah minimum, yang disetujui pemerintah setelah serangkaian perundingan intensif.

“Tanpa negosiasi dan advokasi, kebijakan publik seringkali hanya berputar di meja birokrat tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat,” ujar Maria Santoso, aktivis perempuan yang aktif melakukan advokasi terkait hak pekerja.

Dengan semakin aktifnya kelompok advokasi dalam memperjuangkan berbagai isu strategis, diharapkan tercipta kebijakan publik yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Lobi dan negosiasi pun diharapkan terus menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah dalam mencapai kesepakatan yang membawa manfaat bagi semua pihak.

Scroll to Top